Sabtu, 04 Juni 2016

karya tulis ilmiah (KTI) PEMANFAATAN BUAH MAJA SEBAGAI BIOPESTISIDA



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Penggunaan bahan-bahan alami sebagai biopestisida dapat menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida berbahan kimia / sintetis. Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu / hama yang merugikan kepentingan manusia.
Di indonesia, banyak petani yang menggunakan pestisida berbahan kimia sintetis untuk mengusir hama. Hal tersebut dikarenakan hama menyerang tanaman sehingga merugikan petani. Salah satu cara untuk mengusir hama tersebut biasanya disemprot menggunakan cairan pestisida sintetis yang dibeli dari toko. Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa menanam tanpa disertai penggunaan pestisida sintetis, kurang memuaskan  hasilnya.
  Pestisida yang digunakan  secara terus menerus dapat berakibat fatal terhadap lingkungan dan mahluk hidup lainnya. Selain itu, penggunaan pestisida sintetis secara terus menerus dalam waktu yang lama akan mengakibatkan terdapatnya residu pestisida baik di lahan  pertanian, maupun  pada hasil pertaniannya. Dampak lain dari penggunaan petisida yang berlebihan adalah pencemaran tanah. Sehingga perlu untuk menggunakan bahan-bahan alami untuk pestisida.
Di indonesia, banyak tanaman-tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk bahan biopestisida. Tanaman yang dapat digunakan untuk biopestisida adalah tanaman yang mengandung pestisida nabati. Umumnya, tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida adalah yang memiliki kandungan racun. Racun-racun tersebut yang dapat digunakan untuk mengusir hama, terutama jenis serangga. Penggunaan biopestisida untuk mengendalikan hama tanaman lebih menguntungkan, antara lain produk tanaman lebih aman dikonsumsi, kelestarian lingkungan dan sistem produksi lebih terjamin dalam jangka waktu yang lama.

B.      Rumusan Masalah
1.   Bagaimana proses pembuatan biopestisida dari buah maja?
2.   Bagaimana pengaruh biopestisida dari buah maja terhadap hama?
3.   Bagaimana pengaruh biopestisida dari buah maja terhadap lingkungan yang dikenainya?
4.   Bagaimana  cara mengaplikasikan penggunaan biopestisida dari buah maja yang paling efektif?

C.    Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui proses pembuatan biopestisida dari buah maja.
2.      Mengetahui pengaruh biopestisida dari buah maja terhadap hama.
3.      Mengetahui pengaruh biopestisida dari buah maja terhadap lingkungan yang dikenainya.
4.      Mengetahui cara mengaplikasikan penggunaan biopestisida dari buah maja yang paling efektif.




D.     Manfaat
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah :
1.        Meningkatan hasil dan kualitas tanaman dengan biopestisida dari buah maja.
2.        Meningkatkan daya tarik masyarakat dalam menggunakan pestisida alami/ biopestisida.
3.        Mengurangi penggunaan pestisida berbahan kimia sintetis.
4.        Mengembangkan SDA hayati sebagai biopestisida yang relatif lebih murah dan praktis.














BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Kerangka Teori

1.      Tanaman Maja

a.       Karakteristik Tanaman Maja

        Tanaman maja (Aegle marmelos) adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tahan terhadap lingkungan yang keras, tetapi mudah luruh daunnya. Tanaman maja berasal dari daerah Asia tropika dan subtropika. Tanaman ini biasanya dibudidayakan di pekarangan tanpa perawatan dan dipanen buahnya. Maja masih berkerabat dekat dengan kawista. Di Pulau Jawa, maja sering kali dipertukarkan dengan berenuk, meskipun keduanya adalah jenis yang berbeda. Di indonsia, tanaman maja banyak terdapat di dataran rendah, terutama di kawasan yang beriklim sangat kering.
Habitat asli tanaman maja tersebar mulai dari Pakistan, India Tenggara, Nepal, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filiphina, Indonesia. Tanaman ini mampu tumbuh dalam kondisi lingkungan yang keras, seperti suhu yang ekstrem; misalnya dari 49°C pada musim kemarau hingga -7 °C pada musim dingin di Punjab (India), pada ketinggian tempat mencapai +1.200m. Di Asia Tenggara, maja hanya dapat berbunga dan berbuah dengan baik jika ada musim kering yang kentara, dan tidak biasa dijumpai pada elevasi di atas 500 m. Maja mampu beradaptasi di lahan berawa, di tanah kering, dan toleran terhadap tanah yang agak basa.
Ada beberapa sebutan tanaman maja, misalnya: bila (Bali), maja (Sunda), maja, maja galepung, maja gedang, maja pait, maos (Jawa), bila, bila gedang, bila peak (Madura), wabiila (Sumba Timur), dan dilak (Timor). Di negara lain, maja dikenal dengan sebutan wood apple atau beel fruit.
Klasifikasi tanaman maja  (Aegle marmelos) :
Kerajaan                  : Plantae
Divisi                      : Magnoliophyta
Kelas                       : Magnoliopsida
Upakelas                 : Rosidae
Ordo                       : Sapindales
Famili                      : Rutaceae
Genus                      : Aegle
Spesies                    : A. Marmelos
Tumbuhan maja memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1).     Akar
Tunggang, dan runcing serta dapat menjalar kemana-mana.


(2).     Batang
Batang berkayu, bercabang banyak, permukaan batang kasar, dan kulit luar batang berwarna coklat kotor. Kayunya keras, berat, namun elastis.
(3).     Daun
Berupa daun tunggal, tersusun berseling, warna hijau (mengandung klorofil). Susunan tulang daun menyirip, dan cenderung gugur pada musim kemarau. Daunnya bisa mencapai 20×6 cm.
(4).     Bunga
Berupa bunga majemuk, dengan kelopak bunga berbentuk bintang (stellatus). Tanaman maja berbunga di bulan Mei – Januari.
(5).     Buah
Warna kulit luar buah maja berwarna hijau tetapi isinya berwarna kuning atau jingga. Buahnya mencapai diameter 25 cm, dengan kulit (tempurung) sangat keras. Aroma buahnya harum dan cairannya manis apabila sudah matang, bertentangan dengan anggapan orang bahwa rasa buah maja adalah      pahit.

(6).     Biji
Teksur biji maja lunak, berwarna putih, dan tersebar di seluruh lapisan buah.

b.      Kandungan Zat Dalam Tanaman Maja
        Di dalam tanaman maja terdapat banyak zat bermanfaat, terutama pada buahya. Daging buah maja mengandung substansi semacam minyak balsem, 2-furocoumarins-psoralen, dan marmelosin (C13H12O). Buah, akar, dan daun maja bersifat antibiotik. Selain itu akar, daun, dan ranting digunakan untuk mengobati gigitan ular.
Akar maja mengandung psoralen, anthotoxin, o-methylscopoletin, scopoletin, decursinol, haplonine, dan aegelinol. Daun maja mengandung a-limonene, 56%-a-8-phellandzene, sineol, 17% cyrnene, citonellol, citiol, 5% cumin aldehyde, alkaloids, o-(3,3-dimethylallyl)-halfordinol, n-2-ethoxy-2-(4-methoxyphenyl) ethylcinna-mide, n-2-methoxy-2-(4-3,3-dimethyalloxy) phennyl, ethylcinnamamide. Di dalam buahnya terdapat zat-zat seperti, air, karbohidrat, protein, vitamin c, tiamin, niasin, karoten, lemak, dan tannin.
(1).     Tannin
Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari senyawa fenolik. Istilah tannin pertama sekali diaplikasikan pada tahun 1796 oleh Seguil. Tanin terdiri dari sekelompok zat - zat kompleks terdapat secara meluas dalam tumbuh - tumbuhan, antara lain terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun dan buah -buahan. Tannin juga dinamakan asam tanat dan asam galotanat, ada yang tidak berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau cokelat.
Kandungan tannin pada buah maja sangatlah besar, yaitu mencapai 20% pada kult buah. Rasa pahit pada buah maja ketika belum masak disebabkan oleh kandungan tannin yang terdapat di dalamnya. Tannin adalah metabolit sekunder tanaman yang bersifat astrigen dengan rasa khas yang sepat. Tannin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa poliphenol yang memiliki berat molekul tinggi dan memiliki gugus hidroksil dan gugus lainnya sehngga dapat membentuk  kompleks dengan protein dan makromolekul lainnya. Kandungan tannin dalam buah maja akan hilang apabila sudah masak. Buah maja yang sudah masak dapat dikonsumsi karena dapat diolah menjadi sorbet, selai, sirup, dan nektar. Sedangkan kulit buahnya dapat dibuat menjadi marmalade.
        Tannin sangat bermanfaat bagi tanaman itu sendiri atau manusia, di antaranya adalah:
(a).         Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan tanaman bagian tertentu, misalnya pada buah yang belum matang dan pada saat matang tannin akan hilang;
(b).        Sebagai antifeedan / anti hama bagi serangga herbivora dan mencegah pertumbuhan jamur patogen tanaman;
(c).         Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman;
(d).        Efek terapinya sehingga adstrigensia pada jaringan hidup, misalnya pada gastrointestinal pada kulit;
(e).         Efek terapi lain sebagai antiseptik pada jaringan luka, misalnya luka bakar dengan cara mengendapkan protein;
(f).         Sebagai pengawet dan penyamak kulit;
(g).        Reagensia di laboratorium unuk deteksi gelatin, protein, dan kaloid;
(h).        Sebagai antidotum  (keracunan alkaloid) dengan cara mngeluarkan asam lemak yang tidak larut;
(i).          Pada industri minuman tanin juga digunakan untuk pengendapan serat – serat organik pada minuman anggur atau bir;
(j).     Tanin juga dipergunakan pada industri pembuatan tinta dan cat karena dapat memberikan warna biru tua atau hijau kehitam – hitaman dengan kombinasi kombinasi tertentu.
(2).              Tiamin (vitamin B1)
Tiamin, aneurin (bahasa Inggris: thio-vitamine, thiamine, thiamin) adalah vitamin yang terlarut dalam air. Tiamin terdiri atas cincin pirimidina dan cincin thiazola (mengandung sulfur dan nitrogen) yang dihubungkan oleh jembatan metilen. Turunan fosfatnya ikut serta dalam banyak proses sel. Tiamin disintesis dalam bakteri, fungi dan tanaman.
(3).              Niasin (vitamin B3)
Niasin (bahasa Inggris: niacin, nicotinic acid vitamine) adalah salah satu senyawa organik yang ditemukan pada tahun 1937. Niasin berfungsi untuk mencegah penyakit pelagra (kulit kasar bersisik), dan membantu melepaskan energi dari makanan. Senyawa organik yang lain disebut nikotinamida, keduanya mengandung alkaloid.
(4).              Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.  Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam.
(5).              Lemak
Lemak (bahasa Inggris: fat) adalah sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Lemak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat larut dalam eter, benzene, dan kloroform. Lemak terdiri atas 2 komponen, yaitu asam lemak dan gliserol. Setiap 3 molekul asam lemak berikatan dengan molekul gliserol membentuk trigliserida.
(6).              Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuhan. Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk dalam golongan alkloid.
Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid.


Fungsi alkaloid di antaranya adalah:
a.              Sebagai racun untuk melindungi tanaman dari serangga dan binatang;
b.             Sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi yang merupakan hasil metabolit akhir dari komponen yang membahayakan tanaman;
c.              Sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan makanan.
(7).              Cineol
Cineol atau sineol merupakan terpenoid yang banyak dikandung pada minyak atsiri serta berbagai rempah-rempah.
c.       Cara Perkembangbiakan dan Perawatan Tanaman Maja
                               Tanaman maja dapat dikembangbiakan dengan cara stek ataupun menggunakan bijinya. Umumnya tanaman maja dikembangbiakan dengan biji. Semainya ditanam di lapangan setelah berumur 1 tahun, dengan jarak tanam 6-9 meter.  .Tanaman maja dirawat dengan disiram air yang cukup, dijaga kelembaban tanahnya, dan dipupuk dengan pupuk organik.
2.         Biopestisida
a.         Pengertian
        Biopestisida atau pestisida hayati adalah pestisida yang bahan utamanya bersumber atau diambil dari bahan hayati atau mahluk hidup seperti mikroorganisme, bakteri, cendawan, nematoda, atau virus. Biopestisida digunakan untuk mengendalikan hama dan atau penyakit yang mengganggu, merusak, atau menyerang pada tanaman atau tumbuhan.
        Biopestisida tidak mengadung zat racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Berbeda dengan pestisida yang berbasis bahan kimia yang mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan.
b.        Jenis-jenis biopestisida
(1).             Bioinsektisida
Bioinsektisida adalah jenis biopestisida yang berfungsi untuk memberantas serangga, seperti nyamuk, kecoak, kutu busuk, rayap, semut, belalang, wereng, ulat, dan sebagainya. Bioinsektisida berasal dari mikroba yang digunakan sebagai pemberantas hama jenis serangga.
Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada serangga tidak dapat menimbulkan gangguan terhadap hewan-hewan lainnya maupun tumbuhan. Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai insektisida harus mempunyai sifat yang spesifik artinya harus menyerang serangga yang menjadi sasaran dan tidak pada jenis-jenis lainnya. 

Pada saat ini hanya beberapa bioinsektisida yang sudah digunakan dan diperdagangkan secara luas. Mikroba patogen yang telah sukses dan berpotensi sebagai insektisida biologi salah satunya adalah Bacillus thuringiensis.(Khetan, 2001).

 Bacillus thuringiensis var. kurstaki telah diproduksi sebagai insektisida biologi dan diperdagangkan dalam berbagai nama seperti Dipel, Sok-Bt, Thuricide, Certan dan Bactospeine. Bacillus thuringiensis var. Israelensis diperdagangkan dengan nama Bactimos, BMC, Teknar dan Vektobak. Jenis insektisida ini efektif untuk membasmi larva nyamuk dan lalat (Sastroutomo, 1992).
             Jenis bioinsektisida yang lainnya adalah yang berasal dari protozoa, Nosema locustae, yang telah dikembangkan untuk membasmi belalang dan jengkerik. Nama dagangnya ialah NOLOC, Hopper Stopper. Cacing yang pertama kali didaftarkan sebagai bioinsektisida ialah Neoplectana carpocapsae, yang diperdagangkan dengan nama Spear, Saf-T-Shield. Insektisida ini digunakan untuk membunuh semua bentuk rayap.
(2).             Bioherbisida
             Bioherbisida merupakan jenis biopestisida yang berfungsi untuk mencegah dan mematikan gulma atau tumbuhan pengganggu, seperti eceng gondok, rumput teki, dan alang-alang. Alang-alang dapat dikatakan sebagai hama tanaman karena alang-alang menyerap semua zat makanan yang ada dalam tanah.
(3).             Biofungisida
 Biofungisida menyediakan alternatif yang dipakai untuk mengendalikan penyakit jamur. Beberapa biofungisida yang telah digunakan adalah spora Trichoderma sp. digunakan untuk mengendalikan penyakit akar putih  pada tanaman karet dan layu fusarium pada cabai.Merek dagangnya ialah Saco P dan Biotri P.
Biofungisida lainnya yaitu Gliocladium spesies G. roseum dan G. virens. Produk komersialnya sudah dapat dijumpai di Indonesia dengan merek dagang Ganodium P yang direkomendasikan untuk mengendalikan busuk akar pada cabai akibat serangan jamur Sclerotium Rolfsii.Bacillus subtilis yang merupakan bakteri saprofit mampu mengendalikan serangan jamur Fusarium sp. pada tanaman tomat. Bakteri ini telah diproduksi secara masal dengan merek dagang Emva dan Harmoni BS.” (Novizan, 2002)
(4).             Biobakterisida
Biobakterisida adalah jenis biopestisida yang berfungsi untuk memberantas bakteri atau virus. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian biobakterisida biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
(5).             Bionematisida
             Bionematisida adalah jenis biopestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Bionematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Bionematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda (cacing), bionematisida juga dapat memberantas serangga dan jamur.
c.         Macam-macam biopestisida

(1).             Pestisida dari tanaman

Pestisida dari tanaman adalah pestisida yang berasal dari ekstrak tumbuhan. Pestisida jenis ini hanya terbatas dalam membunuh beberapa jenis hama, seperti belalang, kutu daun dan ulat. Selain itu, terdapat batasan penggunaan dari pestisida ini karena efek yang lambat dari penggunaan pestisida ini. Sehingga banyak petani yang mencampurkannya dengan pestisida kimia dan bila ini terjadi, tujuan kita untuk mengurangi pestisida kimia tidak terjadi dan dampak negatif dari pestisida kimia tetap akan ada. Selain itu, penggunan ekstrak tumbuhan sebagai pestisida banyak dilakukan tetapi di lain pihak masih terdapat kekurangan pengembangan tumbuhan tersebut sebagai komersial produknya dan seringkali ekstrak dari tumbuhan kurang stabil sedangkan dibutuhkan pestisida yang stabil.

(2).              Pestisida dari Mikroba

Mikroba yang biasa digunakan sebagai pestisida adalah cendawan, bakteri, virus, dan protozoa yang mampu membunuh penyakit spesifik yang disebabkan oleh mikroba, nematoda, dan hama serangga. Selain itu, mampu meningkatkan pertumbuhan dari tanaman sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan dari pestisida ini potensial untuk mendapatkan pertanian yang ramah lingkungan. Entomopatogenik virus, bakteria, fungi dan protozoans banyak digunakan untuk melawan hama lepidopteran.
d.        Keunggulan penggunaan biopestisida
(1).     Mudah  dibuat dengan biaya yang lebih murah.
(2).    Sangat  aman terhadap lingkungan sekitar.
(3).    Bahan kimianya tidak menimbulkan residu pada tanaman.
(4).    Tidak mudah menimbulkan kekebalan  hama.
(5).    Menghasilkan produk pertanian atau tanaman yang sehat, bebas dari racun kimia.

e.         Kelemahan penggunaan biopestisida
(1).    Daya kerjanya relatif lambat, tidak dengan segera dapat menanggulangi hama
(2).    Tidak  dapat membunuh  secara langsung  terhadap hama  sasaran
(3).    Tidak tahan  tahan terhadap sinar  matahari  dan  tidak tahan  disimpan terlalu lama
(4).     Kurang  praktis, Perlu  penyemprotan  yang  berulang-ulang

B.     Kerangka Berpikir
            Kandungan zat dalam buah maja dibalik rasanya yang pahit, membuat penulis berpikir bahwa buah maja sangat efektif  apabila dimanfaatkan sebagai biopestisida. Karena di dalam buah maja terdapat banyak kandungan racun yang sangat baik untuk mengusir hama terutama jenis serangga. Kandungan racun tersebut diantaranya adalah zat tannin yang memiliki rasa pahit, dan aroma yang tajam. Sehingga dapat menjadi altenatif dalam pengendalian hama yang merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman.
            Tidak hanya buah majanya saja yang dapat dimanfaatkan, hampir semua bagian pada tumbuhan maja dapat dimanfaatkan. Hampir semua bagian tumbuhan maja mengandung senyawa racun yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, misalnya untuk pengobatan.
C. Hipotesis
            Hipotesis yang diajukan penulis pada karya tulis ilmiah ini adalah bahwa buah maja sangat efektif dan ramah lingkungan apabila dimanfaatkan sebagai biopestisida.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.     Jenis Penelitian
   Jenis penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data pada karya tulis ilmiah ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu jenis penelitian yang data-datanya atau temuan-temuannya diperoleh melalui metode statistik atau metode hitung lainnya. Dalam metode penelitian kuantitatif, masalah yang diteliti lebih umum memiliki wilayah yang luas, dan tingkat variasi yang lebih kompleks. Penelitian kuantitatif sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.
B.     Teknik Pengumpulan Data
Pada karya tulis ilmiah ini, penulis mengumpulkan data melalui percobaan/eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. “Eksperimen merupakan modifikasi kondisi yang dilakukan secara sengaja dan terkontrol dalam menentukan peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada peristiwa itu sendiri” (Moch. Ali, 1993:134).
Eksperimen pada intinya adalah pengamatan atau observasi terhadap hubungan kausal antara munculnya suatu akibat (variabel terikat) dan sebab (variabel bebas) tertentu, melalui suatu upaya sengaja yang dilakukan oleh peneliti.
C.    Teknik Analisis Data
Analisis data dalam karya tulis ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang telah didapat setelah melakukan eksperimen/percobaan kemudian diolah dan disederhanakan. Analisis data yang dilakukan berdasarkan fakta dan teori yang ada, baik yang telah ada maupun belum tercantum dalam landasan teori. Pengkaitan data ini bertujuan agar hasil pembahasan dan hasil penelitian merupakan data baru yang valid dan teruji kebenarannya.
Dengan demikian, akan di dapatkan data apakah  kandungan dalam buah maja sangat efektif dimanfaatkan sebagai biopestisida yang ramah lingkungan.

D.    Waktu Penelitian
1.             Waktu penelitian tahap I tanggal 7 Februari 2016 dan 10 Februari 2016
a.       Penghalusan dan pencampuran bahan-bahan dilakukan pada tanggal 7 Februari 2016.
b.      Penyaringan larutan biopestisida dilakukan pada tanggal  10 Februari 2016.
2.       Waktu penelitian tahap II tanggal 11 Februari 2016
a.       Pengujian dan penyemprotan larutan biopestisida dari buah maja dilakukan pada tanggal 11 Februari 2016.

E.     Tempat Penelitian
1.             Penghalusan dan pencampuran bahan-bahan dilakukan di rumah Bapak Khozin, Kelurahan Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.
2.             Penyaringan larutan biopestisida dilakukan di rumah Bapak Khozin, Kelurahan Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.
3.             Pengujian dan penyemprotan larutan biopestisida dari buah maja dilakukan di rumah Bapak Khozin, Kelurahan Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.

F.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah  ini adalah sebagai berikut :
1.      Ember
2.      Pisau
3.      Botol bekas
4.      Timbangan
5.      Alat penyemprot
6.      Toples plastik
7.      Alat Penyaring

G.    Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (sebab) dalam penelitian ini adalah buah maja. Sedangkan variabel terikatnya (akibat) adalah sebagai biopestisida.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Deskripsi Data
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Data yang digunakan adalah data kuantitatif yang diperoleh melalui eksperimen / percobaan. Data dianalisis dengan cara mengumpulkan data-data yang telah didapat setelah melakukan eksperimen / percobaan kemudian diolah dan disederhanakan. Percobaan yang dilakukan adalah menyemprotkan biopestisida dari buah maja terhadap hama kumbang koksi / kepik (Epilachna Admirabilis). kumbang ini dikenal sebagai herbivora pemakan daun yang justru merusak tanaman. Kumbang tersebut suka memakan daun tanaman kentang, timun, terong, dan tanaman lainnya.

B.     Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.             Cara Pembuatan Biopestisida dari Buah Maja
a.       Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.      Memotong buah maja menjadi kecil-kecil, kemudian dicincang sampai halus / hancur. Sertakan pula kulit dan bijinya.
c.       Menambahkan air bersih dengan perbandingan 1:1, artinya setiap 1 kg buah maja ditambahkan air sebanyak 1 liter.
d.      Buah maja difermentasikan atau didiamkan dalam ember yang tertutup selama 3 hari.
e.       Buah maja yang sudah difermentasikan kemudian disaring untuk diambil larutannya.
f.       Larutan biopestisida dari buah maja siap diaplikasikan.
2.             Pengaruh biopestisida terhadap hama
Setelah dilakukan penelitian terhadap proses penyemprotan biopestisida dari buah maja ke sejumlah hama kumbang koksi (Epilachna Admirabilis) dalam wadah tertutup yang dilubangi diperoleh hasil sebagai berikut :

No.
Konsentrasi Biopestisida
Waktu
jenis hama
Perilaku Hama Tanaman
Mati
Hidup
Pingsan
1.
10 ml/liter
10 menit
5 kumbang koksi
1
3
1
2.
20 ml/liter
10 menit
5 kumbang koksi
1
2
2
3.
30 ml/liter
10 menit
5 kumbang koksi
2
1
2
4.
40 ml/liter
10 menit
5 kumbang koksi
2
1
2

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi biopestisida dari buah maja, semakin berpengaruh terhadap hama tanaman. Kematian hama kumbang koksi dikarenakan racun yang terdapat dalam biopestisida masuk ke dalam tubuh melalui kulit dalam jangka waktu 10 menit dan dalam wadah tertutup yang dilubangi, sedangkan pada pegujian langsung terhadap tanaman dalam ruang yang terbuka hanya menyebabkan kumbang koksi menghindar.  Biopestisida dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal.
Cara kerja biopesisida secara spesifik sebagai berikut :
a.       Merusak perkembangan telur, larva dan pupa.
b.      Menghambat pergantian kulit.
c.       Mengganggu komunikasi serangga.
d.      Menyebabkan serangga menolak makanan.
e.       Mengusir serangga.
f.       Mengurangi nafsu makan serangga.
g.      Menghambat reproduksi serangga betina.
h.      Menghambat perkembangan patogen penyakit.
i.        Memblokir kemampuan serangga.
3.             Pengaruh biopestisida dari buah maja terhadap lingkungan yang dikenainya
Penggunaan biopestisida dari buah maja bekerja dengan cara menghambat hama kumbang koksi merusak daun lebih banyak. Pada pengujian biopestisida dari buah maja, terdapat kumbang koksi yang mati dan tidak ada yang menghindar karena pengujian hama kumbang koksi dimasukkan dalam wadah plastik yang dilubangi .
Biopestisida berfungsi sebagai repellent, yaitu penolak kehadiran hama kumbang koksi karena baunya menyengat. Biopestisida juga berfungsi sebagai antifeedant, yaitu mencegah hama memakan tanaman yang disemprot . Hal tersebut disebabkan rasanya yang pahit, racun saraf, serta mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh kumbang koksi.
Salah satu keuntungan dari penggunaan biopestisida adalah keberadaan musuh alami seperti kupu-kupu, jangkrik, dan katak tidak terancam. Selain itu, biopestisida tidak menyebabkan kesehatan tanah terganggu, sehingga tingkat kesuburan tanah tidak akan berkurang. Penggunaan biopestisida dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan kekebalan atau resistensi pada hama.


4.             Cara pengaplikasian biopestisida dari buah maja yang paling efektif
Pelakuan konsentrasi biopestisida dari buah maja yang paling efektif adalah 30 ml/liter. Perlakuan konsentrasi yang berbeda hanya berpengaruh pada penyemprotan dalam wadah tertutup. Sedangkan pada pengaplikasian langsung di ruang terbuka tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Biopestisida dari buah maja diaplikasikan pada pagi atau sore hari setelah jam 15.00 bertujuan untuk mencegah penguapan dan rusaknya pada tanaman. Di pagi hari hama tanaman tidak banyak bergerak sehingga sangat efektif dilakukan. Apabila diaplikasikan pada siang hari daun tanaman akan keriting dan cacat, sebaiknya pada waktu penyemprotan tidak terkena air hujan.
Aplikasi sebaiknya dilakukan sebelum serangan hama tanaman terjadi, hal ini efektif dilakukan sebagai pencegahan. Apabila pengaplikasiannya pada saat tanaman sudah terkena hama, akan menjadi lebih sulit untuk diberantas.
Adapun cara mengaplikasikan biopestisida di lapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :
a. Penyemprotan (spraying)
             penyemprotan (spraying) adalah penyemprotan pestisida pertanian yang paling banyak dipakai oleh para petani. Diperkirakan 75% penggunaan pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan, baik penyemprotan di darat maupun peyemprotan di udara.
b.      Injeksi (injection)
Injeksi adalah penggunaan pestisida dengan cara dimasukkan ke dalam batang tanaman, baik dengan alat khusus maupun dengan memberi batang tanaman tersebut. Pestisida yang diinjeksikan diharuskan akan tersebar ke seluruh bagian tanaman melalui aliran cairan tanaman, sehingga OPT sasaran akan terkendali. Teknik injeksi juga digunakan utuk sterilisasi tanah.
c. Penyiraman (Drenching, Pouring On)
penyiraman adalah penggunaan biopestisida dengan cara dituangkan di sekitar akar tanaman utuk mengendalikan hama atau penyakit di daerah perakaran, atau dituangkan pada sarang semut, dsb.        
d. Penaburan
Penaburan adalah penaburan pestisida dalam bentuk butiran yang merupakan cara khusus untuk mengaplikasikan biopestisida berbentuk butiran (granule). Penaburan dapat dilakukan dengan tanga atau dengan mesin penabur.

















BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Biopestisida dari buah maja bersifat ramah lingkungan dan sangat efektif digunakan sebagai pengganti pestisida berbahan  kimia.
2.      Penggunaan biopestisida dari buah maja tidak dapat membunuh hama tanaman secara langsung, tetapi mampu mencegah dan mengusir hama jenis serangga.
3.      Pengaplikasian konsentrasi biopestisida dari buah maja yang paling efektif  adalah 30 ml/liter.

B.     Saran
1.      Masyarakat hendaknya mengurangi penggunaan petisida kimia, karena pengunaan pestisida kimia yang berlebihan menimbulkan dampak negatif.
2.      Pemerintah seharusnya ikut menggalakkan penggunaan biopestisida untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia kepada petani dan penyuluh pertanian.
3.      Penyemprotan biopestisida lebih baik dilakukan sebelum hama menyerang untuk hasil yang lebih memuaskan.
4.      Waktu penyemprotan biopestisida untuk hasil yang lebih baik dilaksanakan di pagi hari dan sore hari.




 

DAFTAR PUSTAKA


Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Maja (diakses tanggal 27 Januari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Lemak   (diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Tiamina (diakses diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Niasin (diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin_C  (diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Protein (diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Biopestisida (diakses 14 Februari 2016)