BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Penggunaan bahan-bahan alami sebagai
biopestisida dapat menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida
berbahan kimia / sintetis. Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia
beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu / hama yang
merugikan kepentingan manusia.
Di indonesia, banyak petani yang
menggunakan pestisida berbahan kimia sintetis untuk mengusir hama. Hal tersebut
dikarenakan hama menyerang tanaman sehingga merugikan petani. Salah satu cara
untuk mengusir hama tersebut biasanya disemprot menggunakan cairan pestisida
sintetis yang dibeli dari toko. Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa menanam
tanpa disertai penggunaan pestisida sintetis, kurang memuaskan hasilnya.
Pestisida yang digunakan secara terus menerus dapat berakibat fatal
terhadap lingkungan dan mahluk hidup lainnya. Selain itu, penggunaan pestisida
sintetis secara terus menerus dalam waktu yang lama akan mengakibatkan
terdapatnya residu pestisida baik di lahan pertanian, maupun pada hasil pertaniannya. Dampak lain dari
penggunaan petisida yang berlebihan adalah pencemaran tanah. Sehingga perlu untuk
menggunakan bahan-bahan alami untuk pestisida.
Di indonesia, banyak
tanaman-tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk bahan biopestisida. Tanaman yang
dapat digunakan untuk biopestisida adalah tanaman yang mengandung pestisida
nabati. Umumnya, tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida adalah
yang memiliki kandungan racun. Racun-racun tersebut yang dapat digunakan untuk
mengusir hama, terutama jenis serangga. Penggunaan biopestisida untuk
mengendalikan hama tanaman lebih menguntungkan, antara lain produk tanaman
lebih aman dikonsumsi, kelestarian lingkungan dan sistem produksi lebih
terjamin dalam jangka waktu yang lama.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana proses
pembuatan biopestisida dari buah maja?
2.
Bagaimana
pengaruh biopestisida dari buah maja terhadap hama?
3.
Bagaimana
pengaruh biopestisida dari buah maja terhadap lingkungan yang dikenainya?
4.
Bagaimana cara mengaplikasikan penggunaan biopestisida
dari buah maja yang paling efektif?
C.
Tujuan
Penelitian ini
bertujuan untuk :
1.
Mengetahui
proses pembuatan biopestisida dari buah maja.
2.
Mengetahui
pengaruh biopestisida dari buah maja terhadap hama.
3.
Mengetahui
pengaruh biopestisida dari buah maja terhadap lingkungan yang dikenainya.
4.
Mengetahui cara
mengaplikasikan penggunaan biopestisida dari buah maja yang paling efektif.
D.
Manfaat
Dari hasil
penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah :
1.
Meningkatan
hasil dan kualitas tanaman dengan biopestisida dari buah maja.
2.
Meningkatkan
daya tarik masyarakat dalam menggunakan pestisida alami/ biopestisida.
3.
Mengurangi
penggunaan pestisida berbahan kimia sintetis.
4.
Mengembangkan
SDA hayati sebagai biopestisida yang relatif lebih murah dan praktis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kerangka Teori
1. Tanaman Maja
a. Karakteristik Tanaman Maja
Tanaman maja (Aegle marmelos) adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tahan terhadap lingkungan
yang keras, tetapi mudah luruh daunnya. Tanaman maja berasal dari daerah Asia tropika
dan subtropika.
Tanaman ini biasanya dibudidayakan di pekarangan tanpa perawatan dan dipanen buahnya. Maja masih
berkerabat dekat dengan kawista. Di Pulau Jawa, maja sering kali dipertukarkan
dengan berenuk,
meskipun keduanya adalah jenis yang berbeda. Di indonsia, tanaman maja banyak
terdapat di dataran rendah, terutama di kawasan yang beriklim sangat kering.
Habitat asli tanaman maja tersebar mulai dari Pakistan, India
Tenggara, Nepal, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam,
Kamboja, Malaysia, Filiphina, Indonesia. Tanaman ini mampu tumbuh dalam kondisi
lingkungan yang keras, seperti suhu yang ekstrem; misalnya dari 49°C
pada musim kemarau hingga -7 °C pada musim dingin di Punjab
(India),
pada ketinggian tempat mencapai +1.200m. Di Asia Tenggara,
maja hanya dapat berbunga dan berbuah dengan baik jika ada musim kering yang
kentara, dan tidak biasa dijumpai pada elevasi di atas 500 m. Maja mampu beradaptasi
di lahan berawa, di tanah kering, dan toleran terhadap tanah yang agak basa.
Ada beberapa sebutan tanaman maja, misalnya: bila (Bali), maja (Sunda), maja, maja galepung, maja gedang, maja
pait, maos (Jawa), bila, bila gedang, bila peak (Madura), wabiila (Sumba
Timur), dan dilak (Timor). Di negara lain, maja dikenal dengan sebutan wood apple atau beel fruit.
Klasifikasi tanaman
maja (Aegle
marmelos) :
Genus : Aegle
Spesies : A. Marmelos
Tumbuhan maja memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
(1).
Akar
Tunggang, dan runcing serta dapat menjalar
kemana-mana.
(2).
Batang
Batang berkayu, bercabang banyak, permukaan
batang kasar, dan kulit luar batang berwarna coklat kotor. Kayunya
keras, berat, namun elastis.
(3). Daun
Berupa daun
tunggal, tersusun berseling, warna hijau (mengandung klorofil). Susunan tulang
daun menyirip, dan cenderung gugur pada musim kemarau. Daunnya bisa
mencapai 20×6 cm.
(4). Bunga
Berupa bunga
majemuk, dengan kelopak bunga berbentuk bintang (stellatus). Tanaman
maja berbunga di bulan Mei – Januari.
(5). Buah
Warna kulit
luar buah maja berwarna hijau tetapi isinya berwarna kuning atau jingga.
Buahnya mencapai diameter 25 cm, dengan kulit (tempurung) sangat keras. Aroma
buahnya harum dan cairannya manis apabila sudah matang, bertentangan dengan
anggapan orang bahwa rasa buah maja adalah pahit.
(6). Biji
Teksur biji maja lunak,
berwarna putih, dan tersebar di seluruh lapisan buah.
b.
Kandungan Zat Dalam Tanaman Maja
Di dalam tanaman maja terdapat banyak
zat bermanfaat, terutama pada buahya. Daging buah maja mengandung
substansi semacam minyak balsem, 2-furocoumarins-psoralen, dan marmelosin
(C13H12O). Buah, akar, dan daun maja bersifat antibiotik. Selain itu akar,
daun, dan ranting digunakan untuk mengobati gigitan ular.
Akar maja mengandung psoralen, anthotoxin, o-methylscopoletin,
scopoletin, decursinol, haplonine, dan aegelinol. Daun maja mengandung
a-limonene, 56%-a-8-phellandzene, sineol, 17% cyrnene, citonellol, citiol, 5%
cumin aldehyde, alkaloids, o-(3,3-dimethylallyl)-halfordinol,
n-2-ethoxy-2-(4-methoxyphenyl) ethylcinna-mide,
n-2-methoxy-2-(4-3,3-dimethyalloxy) phennyl, ethylcinnamamide. Di dalam buahnya
terdapat zat-zat seperti, air, karbohidrat, protein, vitamin c, tiamin, niasin,
karoten, lemak, dan tannin.
(1).
Tannin
Tanin
merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari senyawa fenolik.
Istilah tannin pertama sekali diaplikasikan pada tahun 1796 oleh Seguil. Tanin terdiri
dari sekelompok zat - zat kompleks terdapat secara meluas dalam tumbuh -
tumbuhan, antara lain terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun dan buah -buahan.
Tannin juga dinamakan asam tanat dan
asam galotanat, ada yang tidak berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning
atau cokelat.
Kandungan
tannin pada buah maja sangatlah besar, yaitu mencapai 20% pada kult buah. Rasa
pahit pada buah maja ketika belum masak disebabkan oleh kandungan tannin yang
terdapat di dalamnya. Tannin adalah metabolit sekunder tanaman yang bersifat
astrigen dengan rasa khas yang sepat. Tannin secara ilmiah didefinisikan
sebagai senyawa poliphenol yang memiliki berat molekul tinggi dan memiliki
gugus hidroksil dan gugus lainnya sehngga dapat membentuk kompleks dengan protein dan makromolekul
lainnya. Kandungan tannin dalam buah maja akan hilang apabila sudah masak. Buah
maja yang sudah masak dapat dikonsumsi karena dapat diolah menjadi sorbet,
selai, sirup, dan nektar. Sedangkan kulit buahnya dapat dibuat menjadi
marmalade.
Tannin sangat bermanfaat
bagi tanaman itu sendiri atau manusia, di antaranya adalah:
(a).
Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa
pertumbuhan tanaman bagian tertentu, misalnya pada buah yang belum matang dan
pada saat matang tannin akan hilang;
(b).
Sebagai antifeedan
/ anti hama bagi serangga herbivora
dan mencegah pertumbuhan jamur patogen tanaman;
(c).
Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu
tanaman;
(d).
Efek terapinya sehingga adstrigensia pada jaringan
hidup, misalnya pada gastrointestinal pada kulit;
(e).
Efek terapi lain sebagai antiseptik pada jaringan luka,
misalnya luka bakar dengan cara mengendapkan protein;
(f).
Sebagai pengawet dan penyamak kulit;
(g).
Reagensia di laboratorium unuk deteksi gelatin,
protein, dan kaloid;
(h).
Sebagai antidotum
(keracunan alkaloid) dengan cara mngeluarkan asam lemak yang tidak
larut;
(i).
Pada
industri minuman tanin juga digunakan untuk pengendapan serat – serat organik
pada minuman anggur atau bir;
(j). Tanin
juga dipergunakan pada industri pembuatan tinta dan cat karena dapat memberikan
warna biru tua atau hijau kehitam – hitaman dengan kombinasi kombinasi
tertentu.
(2).
Tiamin (vitamin B1)
Tiamin, aneurin (bahasa
Inggris: thio-vitamine, thiamine, thiamin) adalah vitamin
yang terlarut dalam air. Tiamin terdiri atas cincin pirimidina
dan cincin thiazola (mengandung sulfur
dan nitrogen)
yang dihubungkan oleh jembatan metilen. Turunan fosfatnya
ikut serta dalam banyak proses sel. Tiamin disintesis dalam bakteri,
fungi
dan tanaman.
(3).
Niasin (vitamin B3)
Niasin (bahasa
Inggris: niacin, nicotinic acid vitamine) adalah salah satu senyawa
organik yang ditemukan pada tahun 1937. Niasin berfungsi untuk mencegah penyakit pelagra
(kulit kasar bersisik), dan membantu melepaskan energi dari makanan. Senyawa
organik yang lain disebut nikotinamida, keduanya mengandung alkaloid.
(4).
Vitamin C
Vitamin C adalah salah
satu jenis vitamin
yang larut dalam air
dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.Vitamin
ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.
Vitamin C termasuk golongan vitamin
antioksidan
yang mampu menangkal berbagai radikal bebas
ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi
oleh panas,
cahaya,
dan logam.
(5).
Lemak
Lemak (bahasa
Inggris: fat) adalah sekelompok besar molekul-molekul
alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Lemak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat larut dalam eter, benzene, dan
kloroform. Lemak terdiri atas 2 komponen, yaitu asam lemak dan gliserol. Setiap
3 molekul asam lemak berikatan dengan molekul gliserol membentuk trigliserida.
(6).
Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah
golongan senyawa basa
bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuhan.
Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan
antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang
sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid
termasuk dalam golongan alkloid.
Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria,
fungi
(jamur), tumbuhan,
dan hewan.
Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik
ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan
oleh alkaloid.
Fungsi alkaloid di antaranya adalah:
a.
Sebagai racun untuk melindungi tanaman dari serangga dan
binatang;
b.
Sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi yang
merupakan hasil metabolit akhir dari komponen yang membahayakan tanaman;
c.
Sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan
makanan.
(7).
Cineol
Cineol atau sineol merupakan terpenoid
yang banyak dikandung pada minyak atsiri serta berbagai rempah-rempah.
c.
Cara Perkembangbiakan dan Perawatan Tanaman Maja
Tanaman maja dapat
dikembangbiakan dengan cara stek ataupun menggunakan bijinya. Umumnya tanaman
maja dikembangbiakan dengan biji. Semainya ditanam di lapangan setelah berumur
1 tahun, dengan jarak tanam 6-9 meter. .Tanaman
maja dirawat dengan disiram air yang cukup, dijaga kelembaban tanahnya, dan
dipupuk dengan pupuk organik.
2.
Biopestisida
a.
Pengertian
Biopestisida atau pestisida hayati
adalah pestisida yang bahan utamanya bersumber atau diambil dari bahan hayati
atau mahluk hidup seperti mikroorganisme, bakteri, cendawan, nematoda, atau
virus. Biopestisida digunakan untuk mengendalikan hama dan atau penyakit
yang mengganggu, merusak, atau menyerang pada tanaman atau tumbuhan.
Biopestisida tidak mengadung zat racun
yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Berbeda dengan pestisida
yang berbasis bahan kimia yang mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan
maupun lingkungan.
b.
Jenis-jenis biopestisida
(1).
Bioinsektisida
Bioinsektisida adalah jenis biopestisida yang
berfungsi untuk memberantas serangga, seperti nyamuk, kecoak, kutu busuk,
rayap, semut, belalang, wereng, ulat, dan sebagainya. Bioinsektisida
berasal dari mikroba yang digunakan sebagai pemberantas
hama jenis serangga.
Mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit pada serangga tidak dapat menimbulkan gangguan terhadap
hewan-hewan lainnya maupun tumbuhan. Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai
insektisida harus mempunyai sifat yang spesifik artinya harus menyerang
serangga yang menjadi sasaran dan tidak pada jenis-jenis lainnya.
Pada saat ini hanya beberapa bioinsektisida yang sudah digunakan dan
diperdagangkan secara luas. Mikroba patogen yang telah sukses dan berpotensi
sebagai insektisida biologi salah satunya adalah Bacillus thuringiensis.(Khetan,
2001).
Bacillus
thuringiensis var. kurstaki telah diproduksi
sebagai insektisida biologi dan diperdagangkan dalam berbagai nama seperti
Dipel, Sok-Bt, Thuricide, Certan dan Bactospeine. Bacillus thuringiensis
var. Israelensis diperdagangkan dengan nama Bactimos, BMC, Teknar dan
Vektobak. Jenis insektisida ini efektif untuk membasmi larva nyamuk dan lalat
(Sastroutomo, 1992).
Jenis bioinsektisida yang lainnya adalah yang berasal dari protozoa, Nosema
locustae, yang telah dikembangkan untuk membasmi belalang dan jengkerik.
Nama dagangnya ialah NOLOC, Hopper Stopper. Cacing yang pertama kali
didaftarkan sebagai bioinsektisida
ialah Neoplectana carpocapsae, yang diperdagangkan dengan nama Spear,
Saf-T-Shield. Insektisida ini digunakan untuk membunuh semua bentuk rayap.
(2).
Bioherbisida
Bioherbisida
merupakan jenis biopestisida yang berfungsi untuk mencegah dan mematikan gulma
atau tumbuhan pengganggu, seperti eceng gondok, rumput teki, dan alang-alang.
Alang-alang dapat dikatakan sebagai hama tanaman karena alang-alang menyerap
semua zat makanan yang ada dalam tanah.
(3).
Biofungisida
Biofungisida menyediakan
alternatif yang dipakai untuk mengendalikan penyakit jamur. Beberapa
biofungisida yang telah digunakan adalah spora Trichoderma sp. digunakan
untuk mengendalikan penyakit akar putih pada tanaman karet dan layu
fusarium pada cabai.Merek dagangnya ialah Saco P dan Biotri P.
Biofungisida lainnya yaitu Gliocladium
spesies G. roseum dan G. virens. Produk komersialnya sudah
dapat dijumpai di Indonesia dengan merek dagang Ganodium P yang
direkomendasikan untuk mengendalikan busuk akar pada cabai akibat serangan
jamur Sclerotium Rolfsii. “Bacillus subtilis yang
merupakan bakteri saprofit mampu mengendalikan serangan jamur Fusarium sp.
pada tanaman tomat. Bakteri ini telah diproduksi secara masal dengan merek
dagang Emva dan Harmoni BS.” (Novizan,
2002)
(4).
Biobakterisida
Biobakterisida adalah jenis biopestisida yang berfungsi untuk memberantas
bakteri atau virus. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar
diberantas. Pemberian biobakterisida biasanya segera diberikan kepada tanaman
lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
(5).
Bionematisida
Bionematisida adalah
jenis biopestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa
nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi
tanaman. Bionematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Bionematisida
bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim
tanam. Selain memberantas nematoda (cacing), bionematisida juga dapat
memberantas serangga dan jamur.
c.
Macam-macam biopestisida
(1). Pestisida dari tanaman
Pestisida dari tanaman adalah pestisida yang berasal dari
ekstrak tumbuhan. Pestisida jenis ini hanya terbatas dalam membunuh beberapa
jenis hama, seperti belalang, kutu daun dan ulat. Selain itu, terdapat batasan
penggunaan dari pestisida ini karena efek yang lambat dari penggunaan pestisida
ini. Sehingga banyak petani yang mencampurkannya dengan pestisida kimia dan
bila ini terjadi, tujuan kita untuk mengurangi pestisida kimia tidak terjadi
dan dampak negatif dari pestisida kimia tetap akan ada. Selain itu, penggunan
ekstrak tumbuhan sebagai pestisida banyak dilakukan tetapi di lain pihak masih
terdapat kekurangan pengembangan tumbuhan tersebut sebagai komersial produknya
dan seringkali ekstrak dari tumbuhan kurang stabil sedangkan dibutuhkan
pestisida yang stabil.
(2). Pestisida dari Mikroba
Mikroba yang biasa digunakan sebagai pestisida adalah cendawan,
bakteri,
virus,
dan protozoa
yang mampu membunuh penyakit spesifik yang disebabkan oleh mikroba, nematoda,
dan hama serangga. Selain itu, mampu meningkatkan pertumbuhan dari tanaman
sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan dari pestisida ini potensial untuk
mendapatkan pertanian yang ramah lingkungan. Entomopatogenik virus, bakteria,
fungi dan protozoans banyak digunakan untuk melawan hama lepidopteran.
d.
Keunggulan penggunaan biopestisida
(1).
Mudah dibuat dengan biaya yang lebih murah.
(2).
Sangat aman terhadap lingkungan sekitar.
(3).
Bahan kimianya tidak menimbulkan residu pada tanaman.
(4).
Tidak mudah menimbulkan kekebalan hama.
(5).
Menghasilkan produk pertanian atau tanaman yang sehat,
bebas dari racun kimia.
e.
Kelemahan penggunaan biopestisida
(1). Daya
kerjanya relatif lambat, tidak dengan segera dapat menanggulangi hama
(2). Tidak
dapat membunuh secara langsung terhadap hama sasaran
(3).
Tidak tahan tahan terhadap sinar
matahari dan tidak tahan disimpan terlalu lama
(4).
Kurang praktis, Perlu penyemprotan
yang berulang-ulang
B. Kerangka Berpikir
Kandungan zat dalam buah maja dibalik
rasanya yang pahit, membuat penulis berpikir bahwa buah maja sangat
efektif apabila dimanfaatkan sebagai
biopestisida. Karena di dalam buah maja terdapat banyak kandungan racun yang
sangat baik untuk mengusir hama terutama jenis serangga. Kandungan racun
tersebut diantaranya adalah zat tannin yang memiliki rasa pahit, dan aroma yang
tajam. Sehingga dapat menjadi altenatif dalam pengendalian hama yang merusak
dan menghambat pertumbuhan tanaman.
Tidak
hanya buah majanya saja yang dapat dimanfaatkan, hampir semua bagian pada
tumbuhan maja dapat dimanfaatkan. Hampir semua bagian tumbuhan maja mengandung
senyawa racun yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, misalnya untuk
pengobatan.
C. Hipotesis
Hipotesis yang
diajukan penulis pada karya tulis ilmiah ini adalah bahwa buah maja sangat
efektif dan ramah lingkungan apabila dimanfaatkan sebagai biopestisida.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan untuk mengumpulkan data pada karya tulis ilmiah ini adalah penelitian
kuantitatif, yaitu jenis penelitian yang data-datanya atau temuan-temuannya
diperoleh melalui metode statistik atau metode hitung lainnya. Dalam metode
penelitian kuantitatif, masalah yang diteliti lebih umum memiliki wilayah yang
luas, dan tingkat variasi yang lebih kompleks. Penelitian kuantitatif sebagai
metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris,
obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.
Pada karya tulis ilmiah ini, penulis mengumpulkan data melalui
percobaan/eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan
pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti
ada tidaknya hubungan sebab akibat. “Eksperimen merupakan modifikasi kondisi
yang dilakukan secara sengaja dan terkontrol dalam menentukan peristiwa atau
kejadian, serta pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada peristiwa itu
sendiri” (Moch. Ali, 1993:134).
Eksperimen pada intinya adalah pengamatan atau observasi terhadap
hubungan kausal antara munculnya suatu akibat (variabel terikat) dan sebab
(variabel bebas) tertentu, melalui suatu upaya sengaja yang dilakukan oleh peneliti.
C.
Teknik Analisis Data
Analisis data dalam karya tulis ini dilakukan dengan
cara mengumpulkan data-data yang telah didapat setelah melakukan
eksperimen/percobaan kemudian diolah dan disederhanakan. Analisis data yang
dilakukan berdasarkan fakta dan teori yang ada, baik yang telah ada maupun
belum tercantum dalam landasan teori. Pengkaitan data ini bertujuan agar hasil
pembahasan dan hasil penelitian merupakan data baru yang valid dan teruji
kebenarannya.
Dengan demikian,
akan di dapatkan data apakah kandungan
dalam buah maja sangat efektif dimanfaatkan sebagai biopestisida yang ramah lingkungan.
D.
Waktu Penelitian
1.
Waktu penelitian
tahap I tanggal 7 Februari 2016 dan 10 Februari 2016
a.
Penghalusan dan
pencampuran bahan-bahan dilakukan pada tanggal 7 Februari 2016.
b.
Penyaringan
larutan biopestisida dilakukan pada tanggal
10 Februari 2016.
2. Waktu penelitian tahap II tanggal 11
Februari 2016
a.
Pengujian dan
penyemprotan larutan biopestisida dari buah maja dilakukan pada tanggal 11
Februari 2016.
E.
Tempat Penelitian
1.
Penghalusan dan
pencampuran bahan-bahan dilakukan di rumah Bapak Khozin, Kelurahan Sucen
Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.
2.
Penyaringan
larutan biopestisida dilakukan di rumah Bapak Khozin, Kelurahan Sucen
Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.
3.
Pengujian dan
penyemprotan larutan biopestisida dari buah maja dilakukan di rumah Bapak
Khozin, Kelurahan Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.
F.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Ember
2.
Pisau
3.
Botol bekas
4.
Timbangan
5.
Alat penyemprot
6.
Toples plastik
7.
Alat Penyaring
G.
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
atas dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (sebab)
dalam penelitian ini adalah buah maja. Sedangkan variabel terikatnya (akibat)
adalah sebagai biopestisida.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data
Penelitian
dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Data yang digunakan adalah data
kuantitatif yang diperoleh melalui eksperimen / percobaan. Data dianalisis
dengan cara mengumpulkan data-data yang telah didapat setelah melakukan
eksperimen / percobaan kemudian diolah dan disederhanakan. Percobaan yang
dilakukan adalah menyemprotkan biopestisida dari buah maja terhadap hama
kumbang koksi / kepik (Epilachna
Admirabilis). kumbang ini dikenal sebagai
herbivora pemakan daun yang justru merusak tanaman. Kumbang tersebut suka
memakan daun tanaman kentang, timun, terong, dan tanaman lainnya.
B.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.
Cara Pembuatan
Biopestisida dari Buah Maja
a.
Menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan.
b.
Memotong buah
maja menjadi kecil-kecil, kemudian dicincang sampai halus / hancur. Sertakan
pula kulit dan bijinya.
c.
Menambahkan air
bersih dengan perbandingan 1:1, artinya setiap 1 kg buah maja ditambahkan air
sebanyak 1 liter.
d.
Buah maja
difermentasikan atau didiamkan dalam ember yang tertutup selama 3 hari.
e.
Buah maja yang
sudah difermentasikan kemudian disaring untuk diambil larutannya.
f.
Larutan
biopestisida dari buah maja siap diaplikasikan.
2.
Pengaruh biopestisida
terhadap hama
Setelah dilakukan penelitian
terhadap proses penyemprotan biopestisida dari buah maja ke sejumlah hama
kumbang koksi (Epilachna Admirabilis)
dalam wadah tertutup yang dilubangi diperoleh hasil sebagai berikut :
No.
|
Konsentrasi Biopestisida
|
Waktu
|
jenis hama
|
Perilaku Hama Tanaman
|
||
Mati
|
Hidup
|
Pingsan
|
||||
1.
|
10 ml/liter
|
10 menit
|
5 kumbang koksi
|
1
|
3
|
1
|
2.
|
20 ml/liter
|
10 menit
|
5 kumbang koksi
|
1
|
2
|
2
|
3.
|
30 ml/liter
|
10 menit
|
5 kumbang koksi
|
2
|
1
|
2
|
4.
|
40 ml/liter
|
10 menit
|
5 kumbang koksi
|
2
|
1
|
2
|
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi biopestisida dari buah maja, semakin berpengaruh terhadap
hama tanaman. Kematian hama kumbang koksi dikarenakan racun yang terdapat dalam
biopestisida masuk ke dalam tubuh melalui kulit dalam jangka waktu 10 menit dan
dalam wadah tertutup yang dilubangi, sedangkan pada pegujian langsung terhadap
tanaman dalam ruang yang terbuka hanya menyebabkan kumbang koksi menghindar. Biopestisida dapat
membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang
unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal.
Cara kerja biopesisida secara spesifik sebagai
berikut :
a.
Merusak
perkembangan telur, larva dan pupa.
b.
Menghambat
pergantian kulit.
c.
Mengganggu
komunikasi serangga.
d.
Menyebabkan
serangga menolak makanan.
e.
Mengusir
serangga.
f. Mengurangi
nafsu makan serangga.
g.
Menghambat
reproduksi serangga betina.
h.
Menghambat
perkembangan patogen penyakit.
i.
Memblokir
kemampuan serangga.
3.
Pengaruh
biopestisida dari buah maja terhadap lingkungan yang dikenainya
Penggunaan biopestisida dari buah maja bekerja
dengan cara menghambat hama kumbang koksi merusak daun lebih banyak. Pada
pengujian biopestisida dari buah maja, terdapat kumbang koksi yang mati dan
tidak ada yang menghindar karena pengujian hama kumbang koksi dimasukkan dalam
wadah plastik yang dilubangi .
Biopestisida berfungsi sebagai repellent, yaitu penolak kehadiran hama kumbang koksi karena baunya
menyengat. Biopestisida juga berfungsi sebagai antifeedant, yaitu mencegah hama memakan tanaman yang disemprot .
Hal tersebut disebabkan rasanya yang pahit, racun saraf, serta mengacaukan
sistem hormon di dalam tubuh kumbang koksi.
Salah satu keuntungan dari penggunaan biopestisida
adalah keberadaan musuh alami seperti kupu-kupu, jangkrik, dan katak tidak
terancam. Selain itu, biopestisida tidak menyebabkan kesehatan tanah terganggu,
sehingga tingkat kesuburan tanah tidak akan berkurang. Penggunaan biopestisida
dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan kekebalan atau resistensi pada
hama.
4.
Cara
pengaplikasian biopestisida dari buah maja yang paling efektif
Pelakuan konsentrasi biopestisida dari buah maja
yang paling efektif adalah 30 ml/liter. Perlakuan konsentrasi yang berbeda
hanya berpengaruh pada penyemprotan dalam wadah tertutup. Sedangkan pada
pengaplikasian langsung di ruang terbuka tidak menunjukkan hasil yang
signifikan.
Biopestisida dari buah maja diaplikasikan pada pagi
atau sore hari setelah jam 15.00 bertujuan untuk mencegah penguapan dan
rusaknya pada tanaman. Di pagi hari hama tanaman tidak banyak bergerak sehingga
sangat efektif dilakukan. Apabila diaplikasikan pada siang hari daun tanaman
akan keriting dan cacat, sebaiknya pada waktu penyemprotan tidak terkena air
hujan.
Aplikasi sebaiknya dilakukan sebelum serangan hama
tanaman terjadi, hal ini efektif dilakukan sebagai pencegahan. Apabila
pengaplikasiannya pada saat tanaman sudah terkena hama, akan menjadi lebih
sulit untuk diberantas.
Adapun cara mengaplikasikan biopestisida di lapangan dapat dilakukan dengan
berbagai cara sebagai berikut :
a. Penyemprotan (spraying)
penyemprotan (spraying) adalah penyemprotan pestisida
pertanian yang paling banyak dipakai oleh para petani. Diperkirakan 75%
penggunaan pestisida
dilakukan dengan cara penyemprotan, baik penyemprotan di darat maupun
peyemprotan di udara.
b.
Injeksi (injection)
Injeksi adalah penggunaan pestisida dengan cara
dimasukkan ke dalam batang tanaman, baik dengan alat khusus maupun dengan
memberi batang tanaman tersebut. Pestisida yang diinjeksikan diharuskan akan
tersebar ke seluruh bagian tanaman melalui aliran cairan tanaman, sehingga OPT
sasaran akan terkendali. Teknik injeksi juga digunakan utuk sterilisasi tanah.
c. Penyiraman (Drenching, Pouring On)
penyiraman adalah
penggunaan biopestisida dengan cara dituangkan di sekitar akar tanaman utuk
mengendalikan hama atau penyakit di daerah perakaran, atau dituangkan pada
sarang semut, dsb.
d. Penaburan
Penaburan adalah penaburan pestisida
dalam bentuk butiran yang merupakan cara khusus untuk mengaplikasikan biopestisida
berbentuk butiran (granule). Penaburan dapat dilakukan dengan tanga atau dengan
mesin penabur.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Biopestisida dari buah maja bersifat
ramah lingkungan dan sangat efektif digunakan sebagai pengganti pestisida
berbahan kimia.
2.
Penggunaan biopestisida dari buah
maja tidak dapat membunuh hama tanaman secara langsung, tetapi mampu mencegah
dan mengusir hama jenis serangga.
3.
Pengaplikasian konsentrasi
biopestisida dari buah maja yang paling efektif
adalah 30 ml/liter.
B. Saran
1.
Masyarakat hendaknya mengurangi
penggunaan petisida kimia, karena pengunaan pestisida kimia yang berlebihan
menimbulkan dampak negatif.
2.
Pemerintah seharusnya ikut
menggalakkan penggunaan biopestisida untuk mengurangi penggunaan pestisida
kimia kepada petani dan penyuluh pertanian.
3.
Penyemprotan biopestisida lebih baik
dilakukan sebelum hama menyerang untuk hasil yang lebih memuaskan.
4.
Waktu penyemprotan biopestisida
untuk hasil yang lebih baik dilaksanakan di pagi hari dan sore hari.
DAFTAR PUSTAKA
Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan khasiatnya. Jakarta:
Penebar Swadaya.
https://ibunyalintangranu.wordpress.com/2014/01/07/mengenal-lebih-dekat-tanaman-maja-crescentia-cujete/ (diakses 27 Januari 2016)
http://bangaoo.blogspot.com/2015/06/manfaat-dan-bahaya-buah-maja.html (diakses 27 Januari 2016)
http://tipspetani.blogspot.co.id/2012/11/mengenal-kandungan-kimia-buah-maja.html (diakses 27 Januari 2016)
http://www.agrobisnisinfo.com/2015/07/buah-maja-manfaat-pohon-dan-buah-maja.html (diakses 27 Januari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Maja (diakses tanggal 27 Januari 2016)
http://www.idmedis.com/2014/03/Karbohidrat-sumbernya-fungsi-serta-penyakit-yang-berhubungan-dengan-karbohidrat.html (diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Lemak (diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Tiamina (diakses diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Niasin (diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin_C (diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Protein (diakses 14 Februari 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Biopestisida (diakses 14 Februari 2016)
http://tipspetani.blogspot.co.id/2012/12/macam-macam-pestisida-tanaman.html (diakses 14 Februari 2016)
http://ardra.biz/sain-teknologi/bio-teknologi/biopestisida-pestisida-hayati-pestisida-organik/ (diakses 14 Februari 2016)
http://spesialisplantae.blogspot.co.id/2015/11/jenis-jenis-biopestisida-antara-lain.html (diakses 6 Maret 2016)
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/060914/jenis-jenis%20pestisida.html (diakses 6 Maret 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Bakterisida (diakses 6 Maret 2016)
http://mitalom.com/cara-menggunakan-pestisida-yang-baik-dan-benar/ (diakses 7 Maret 2016)
http://harisok.blogspot.co.id/2010/05/aplikasi-pestisida-di-bidang-pertanian.html (diakses 7 Maret 2016)